Okapi, Hewan Apa Itu? Berikut 8 Fakta Tentang Mereka
Okapi bukanlah hewan yang sangat terkenal, setidaknya tidak di luar daerah jelajah aslinya yang kecil. Sekitar 100 ekor tinggal di kebun binatang di seluruh dunia, tetapi sisanya bersembunyi di hutan hujan dan jarang terlihat oleh manusia. Meski makhluk senyap ini mahir menghindari sorotan, mereka layak mendapatkan kekaguman yang sering kita berikan kepada satwa liar yang lebih terkenal.
Berikut adalah beberapa hal yang mungkin tidak Anda ketahui tentang okapi yang luar biasa ini.
Fakta Tentang Okapi
1. Okapi Adalah Anggota Keluarga Jerapah
Sekilas, masuk akal untuk menganggap bahwa okapi berhubungan dengan zebra. Garis-garis di kaki mereka menampilkan marking khas zebra. Namun terlepas dari kesamaan itu, keduanya tidak terkait erat. Mereka bahkan termasuk dalam ordo taksonomi yang berbeda: Okapi adalah ungulata berkuku genap (kelompok luas yang mencakup sebagian besar spesies mamalia berkuku), sedangkan zebra adalah ungulata berkuku ganjil (bersama dengan kuda, badak, dan tapir).
Namun jika Anda melihat dari dekat kepala okapi, Anda mungkin melihat kemiripan lain: jerapah. Okapi adalah satu-satunya anggota keluarga jerapah yang masih hidup yang bukan jerapah. Mereka adalah satu-satunya spesies dalam genus Okapia, yang bergabung dengan Giraffa sebagai dua genera yang masih ada dalam famili Giraffidae.
Okapi tidak setinggi jerapah -karena daun pohon lebih mudah dijangkau di habitat hutan hujan mereka- tetapi ada petunjuk lain, dari ossicone jantan yang mirip tanduk hingga lidah mereka yang panjang, ungu, dan dapat memegang. Penelitian menunjukkan nenek moyang terakhir jerapah dan okapi hidup sekitar 11,5 juta tahun yang lalu.
2. Garis-garis Okapi Memiliki Berbagai Tujuan
Garis-garis pada kaki okapi memberikan kamuflase yang sangat baik. Bila jerapah cenderung mencari makan di habitat yang lebih terbuka, okapi hidup di hutan hujan lebat, di mana mereka berbaur sangat baik dengan bayangan dan sinar matahari yang tersaring.
Selain kamuflase, garis-garis itu juga dapat berfungsi untuk tujuan sekunder -dan tampaknya kontradiktif. Garis-garis okapi terkadang disebut sebagai garis-garis “pemandu” karena mereka dianggap membantu bayi okapi melihat dan mengikuti ibu mereka melewati tumbuh-tumbuhan. Dan karena pola garis itu unik pada setiap individu, ini juga dapat membantu okapi mengidentifikasi satu sama lain.
3. Okapi Liar Hanya Hidup di Satu Negara
Okapi liar hanya ada di wilayah tengah, utara, dan timur Republik Demokratik Kongo. Dulu ada okapi di Uganda, tetapi sekarang sudah punah di sana.
Okapi terbatas pada hutan dengan kanopi tinggi dan tertutup, antara 450 hingga 1.500 meter di atas permukaan laut. Mereka kebanyakan mendiami hutan primer atau sekunder yang lebih tua, menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), dan tidak muncul di hutan galeri, sabana, atau habitat yang terganggu di sekitar pemukiman manusia yang lebih besar.
4. Bulu Okapi Lembut dan Berminyak
Sebagian besar tubuh okapi ditutupi dengan bulu berwarna ungu tua atau coklat kemerahan, yang padat dan terasa seperti beludru. Okapi juga menghasilkan minyak dari kulit mereka yang membantu membuat bulu mereka kedap air, adaptasi yang menguntungkan untuk hidup di hutan hujan.
Menurut Kebun Binatang Kota Oklahoma, okapi tangkaran di kebun binatang sering menyukai gosokan leher, yang dilaporkan meninggalkan residu gelap dan licin di tangan pawang mereka.
5. Okapi Jarang Terlihat di Alam Liar
Okapi telah lama dikenal oleh masyarakat adat di Hutan Ituri, tetapi spesies ini tidak dikenal secara global sampai tahun 1901, ketika penjelajah dan penjajah Inggris Harry Johnston memperoleh kulit dan tengkorak okapi (sebelum itu, desas-desus tentang “unicorn” yang tinggal di hutan di Afrika Tengah telah beredar di kalangan orang Eropa).
Okapi tetap sulit dipahami. Faktanya, tidak ada gambar okapi di alam liar sampai tahun 2008, ketika foto okapi liar pertama ditangkap oleh kamera jebakan Zoological Society of London.
6. Lidah Okapi Cukup Panjang untuk Membersihkan Mata dan Telinganya
Okapi adalah herbivora, memakan daun, kuncup, dan buah-buahan dari pohon serta pakis, rumput, dan jamur. Mereka bisa makan 18 hingga 29 kg makanan setiap hari. Okapi memainkan peran penting dalam ekologi hutan hujan asli mereka karena mereka melahap berbagai tanaman di bawah.
Tugas ini menjadi lebih mudah dengan lidah prehensile mereka, yang dapat tumbuh hingga panjang 30 hingga 36 cm, memungkinkannya untuk membungkus cabang dan melucuti dedaunan. Seperti jerapah, lidah okapi berwarna hitam atau biru tua. Lidah okapi sangat panjang sehingga mereka menggunakannya untuk mencuci kelopak mata, membersihkan telinga, dan bahkan mengusir serangga dari leher mereka.
7. Okapi Berbicara Bahasa Rahasia (dan Senyap)
Okapi memiliki reputasi yang sama dengan jerapah sebagai hewan pendiam, dan seperti jerapah, mereka juga membuat suara untuk berkomunikasi. Para peneliti dari Kebun Binatang San Diego merekam banyak suara “batuk, mengembik, dan peluit” dari okapi, tetapi ketika mereka kemudian menganalisis rekaman lebih dekat di laboratorium, mereka menyadari bahwa mereka telah menangkap lebih banyak lagi.
Okapi memancarkan suara frekuensi rendah di luar jangkauan pendengaran manusia, terbukti hanya analisis komputer yang dapat mengungkapkan sinyal infrasonik mereka. Para peneliti percaya ini digunakan untuk membantu ibu okapi tetap berhubungan dengan anak-anaknya saat mencari makan, memungkinkan saluran komunikasi rahasia yang tidak akan diketahui oleh predator utama mereka, macan tutul.
8. Okapi Terancam Punah
Perkiraan populasi okapi sangat kasar, sangat bergantung pada ekstrapolasi dari sejumlah survei yang tersebar berdasarkan kotoran mereka. Perkiraan berkisar antara 10.000 hingga lebih dari 30.000 ekor tersisa di alam liar, tetapi mengingat wilayah jelajah terbatas yang tersedia, kepekaan mereka terhadap gangguan habitat, dan ancaman yang mereka hadapi -yaitu hilangnya habitat karena penebangan, penambangan, dan pemukiman manusia- mereka terdaftar sebagai terancam punah oleh IUCN.
Para ahli percaya jumlah okapi telah berkurang setengahnya dalam 25 tahun terakhir, menurut ZSL, dan spesies ini dianggap menurun.