Mengenal Kakatua Jambul Kuning Si Burung Cerdas
Salah satu burung yang paling menarik dan cantik adalah kakatua jambul kuning. Tahukah Anda, menurut Gisela Kaplan, pakar perburungan dari Universitas New England, burung kakatua jambul kuning memiliki kecerdasan setara simpanse. Ini disebabkan burung ini memiliki banyak neuron di otak mereka, yang memungkinkan mereka melakukan pemrosesan informasi kompleks dengan baik, sehingga mereka pun disebut sebagai salah satu burung tercerdas di dunia.
Kelebihan burung kakatua jambul kuning adalah kemampuannya dalam menirukan suara apa saja dengan mudah. Mereka bisa menirukan suara burung lain, manusia, dan bahkan hewan lain. Inilah yang membuat kicaumania suka memeliharanya sebagai burung klangenan yang sangat menghibur. Nama ilmiahnya adalah Cacatua sulphurea.
Ciri Fisik
Burung ini juga memiliki penampilan yang cantik, berbulu putih dengan jambul kuning bersih yang dapat ditegakkan. Ukuran tubuhnya tergolong sedang dengan panjang 30-35 cm. Paruhnya berbentuk bengkok dan berwarna hitam, matanya bulat dan berwarna cokelat gelap, dan kakinya berwarna abu-abu dengan kuku hitam. Dua jari kakinya mengarah ke depan dan dua jari lainnya mengarah ke belakang.
Persebaran
Burung kakatua kecil jambul kuning tersebar di beberapa daerah di wilayah Indonesia, antara lain di Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor, yang mana di sana masih terdapat beberapa hutan primer dan sekunder. Burung ini sering keliru dibedakan dengan kakatua koki (Cacatua galerita) yang lebih umum dan tersebar di wilayah timur.
Makanan
Kakatua jambul kuning adalah burung herbivora yang memakan berbagai bagian tanaman, seperti biji-bijian, kuncup, buah, kacang-kacangan, dan tanaman herba.
Perkembangbiakan
Kakatua jambul kuning bersarang di dalam rongga pohon. Telurnya berwarna putih dan biasanya berjumlah dua butir dalam satu kelompok. Inkubasi dilakukan oleh kedua induknya. Telur burung ini diinkubasi selama sekitar 28 hari dan anaknya akan meninggalkan sarangnya sekitar 75 hari setelah menetas.
Status Konservasi
Sayangnya, burung cerdas nan cantik ini berstatus terancam kritis karena perburuan ilegal dan perdagangan hewan liar. Dari tahun 1980 sampai 1992, lebih dari 100.000 ekor burung kakatua kecil jambul kuning diekspor dari Indonesia secara ilegal. Saat ini populasinya diperkirakan berada kurang dari 2.500 ekor dan diyakini semakin menurun.
Beberapa upaya konservasi telah dilakukan untuk melidungi burung ini, termasuk menyediakan habitat terlindung di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai di Sulawesi, Taman Nasional Komodo di Pulau Komodo, Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti di Sumba, serta Taman Nasional Nino Konis Santana di Timor Leste.
Dengan melihat fakta-fakta di atas, rasanya sudah menjadi tanggungjawab kita untuk melestarikan spesies burung cerdas ini dengan menghentikan penangkapan liar dan mendukung segala upaya konservasi.