3 Alasan Anjing Sangat Setia pada Manusia
Setiap pemilik anjing akan memberi tahu Anda bahwa ada sesuatu yang unik tentang sahabat berbulu mereka yang setia. Anjing menunggu tuan manusianya dengan sabar di dekat pintu ketika mereka pergi, berperilaku seolah-olah mereka sangat bersyukur ketika mangkuk makan mereka terisi penuh makanan, dan mengekspresikan rasa pengabdian yang jarang terjadi pada banyak hewan peliharaan lainnya.
Pertanyaannya, dari mana asal sifat ini, sifat yang menjadikan anjing “sahabat manusia”? Mengapa anjing begitu setia? Penjelasan yang pasti adalah bahwa pemiliknya memberi mereka makanan dan tempat tinggal, tetapi jawaban yang lebih dalam sebenarnya berasal dari sains.
Bukan rahasia lagi bahwa anjing peliharaan adalah keturunan serigala. Bahkan saat ini anjing modern masih memiliki gen yang mirip dengan serigala yang hidup di alam liar. Gagasan tentang “anjing yang setia” adalah konstruksi budaya dan biologis karena manusia telah menciptakan sifat anjing melalui pembiakan dan penjinakan selektif selama bertahun-tahun dengan cara ini.
Pada dasarnya, manusia memilih dan memilah karakteristik serigala yang akan memberikan manfaat terbaik bagi mereka, mengubah struktur hierarki serigala dan ikatan sosial menjadi kepatuhan dan kesetiaan kepada manusia.
Pembiakan Selektif
Di sepanjang sejarah, domestikasi jangka panjang telah menghasilkan ratusan ras anjing berbeda yang dirancang untuk memenuhi fungsi khusus dalam masyarakat, banyak darinya yang memiliki perbedaan perilaku yang signifikan.
Manusia purba kemungkinan besar berpartisipasi dalam pembiakan selektif tanpa menyadarinya, dengan membunuh anjing yang menyerang atau menggigit anggota keluarga atau komunitas mereka. Selain itu, anjing yang secara alami berbakat sebagai pemburu setia akan lebih baik untuk dipelihara, meningkatkan peluang reproduksi yang sukses dan berulang.
Anjing yang berkontribusi pada masyarakat dipelihara lebih lama, sedangkan anjing yang agresif atau tidak terampil tidak dipelihara. Dan ketika manusia mempromosikan anjing dengan karakteristik jinak atau bersahabat, atribut fisik juga mulai berubah.
Anjing domestik awal yang cukup cerdas untuk mengasosiasikan pemiliknya dengan hal-hal seperti makanan dan tempat berlindung sebagai imbalan atas kepatuhan lebih mungkin untuk bertahan lebih lama. Dalam perbandingan ketergantungan antara anjing dan kucing, misalnya, penelitian menunjukkan bahwa anjing melakukan tugas-tugas sebelum meminta imbalan pada pemiliknya sementara kucing tidak.
Meskipun mungkin dimulai dengan imbalan sederhana berupa makanan dan tempat tinggal untuk tugas menjaga atau berburu, manusia akhirnya mulai menyukai anjing yang lebih jinak dan mudah bergaul. Ketika manusia mulai jarang berburu dan beralih ke gaya hidup yang lebih mapan, proses domestikasi akhirnya mulai mendorong persahabatan antara anjing dengan manusia.
Perilaku Kawanan
Anjing, seperti nenek moyang serigala mereka, adalah hewan kawanan pada intinya. Untuk bertahan hidup di alam liar, anggota kelompok harus saling percaya dan kooperatif. Seekor serigala pemimpin, atau alfa, bertanggung jawab sampai sakit parah atau terlalu tua untuk melakukan tugas tertinggi dan akhirnya ditantang oleh serigala yang lebih kuat demi kelestarian seluruh kawanan. Ini menunjukkan bahwa serigala dimotivasi oleh kebaikan kelompok alih-alih kesetiaan murni kepada pemimpinnya.
Inilah yang ditemukan oleh studi tahun 2014 di Wina ketika para peneliti mempelajari kawanan anjing dan serigala yang dibesarkan di laboratorium. Mereka menyimpulkan bahwa hubungan antara anjing dan manusia bersifat hierarkis (pemiliknya berada di atas) alih-alih kooperatif. Saat serigala perlahan-lahan dijinakkan menjadi anjing modern, penelitian menunjukkan bahwa mereka dibesarkan karena kesetiaannya, ketergantungan pada tuan manusianya, dan kemampuannya untuk menjalankan perintah.
Ikatan Sosial
Oksitosin, hormon peptida yang dilepaskan saat orang berpelukan, bercengkerama, atau terikat secara sosial, juga berperan. Ikatan yang dimediasi oleh tatapan, serta belaian dan kata-kata, meningkatkan kadar oksitosin pada manusia dan anjing. Ini adalah mode komunikasi yang mirip manusia karena serigala jarang melakukan kontak mata dengan pawangnya, yang berarti fakta bahwa Anda dan anjing Anda suka saling menatap mata adalah sifat yang kemungkinan didapat selama proses penjinakan.
Oksitosin terkait dengan perasaan keterikatan dan kepercayaan diri, yang pada gilirannya memfasilitasi pembentukan kesetiaan dan cinta dalam hubungan emosional. Fakta bahwa oksitosin meningkat pada manusia dan anjing – tetapi tidak pada serigala – saat melakukan kontak mata dan mengomunikasikan keterikatan sosial mungkin telah mendukung evolusi ikatan manusia-anjing.
Apakah Beberapa Ras Anjing Lebih Loyal dari yang Lain?
Anjing domestik, atau Canis lupus familiaris, adalah karnivora besar pertama dan satu-satunya yang pernah didomestikasi oleh manusia. Sebagian besar dalam 200 tahun terakhir ini anjing telah mengalami perubahan cepat yang ditandai dengan memelihara ras melalui pembiakan selektif yang dilakukan oleh manusia. Dibandingkan dengan spesies liar dan domestik lainnya, anjing modern menunjukkan keragaman genetik yang tak tertandingi antar ras, dari pudel yang sangat kecil hingga mastiff yang sangat besar.
Kita semua pernah mendengar cerita tentang anjing individu yang dikenal karena kesetiaannya yang kuat, seperti Hachiko, anjing Akita Jepang yang menunggu tuannya setiap hari di Stasiun Shibuya di Tokyo bahkan setelah tuannya meninggal dunia ketika bekerja.
Sebuah studi tahun 2018 tentang susunan genom dari anjing serigala Cekoslowakia menemukan bahwa German shepherd yang disilangkan dengan serigala liar memiliki kejinakan dan kesetiaan yang sama kepada tuannya seperti anjing yang sepenuhnya sudah dijinakkan.
Tidak banyak bukti ilmiah tentang ras tertentu yang lebih setia daripada yang lain, meskipun orang pasti dapat berargumen bahwa anjing yang dibiakkan untuk pekerjaan tertentu seperti berburu dan menggembala akan memiliki peluang lebih tinggi untuk tetap setia kepada pemiliknya.
Trah yang dikenal untuk tugas tertentu mungkin tidak selalu setia atau patuh tergantung pada kualitas yang disukai oleh pemiliknya. Ketergantungan pada bimbingan manusia yang diinginkan pada anjing pendamping dapat menghalangi kemampuan anjing penyelamat untuk berfungsi dengan baik dalam situasi ketika pawangnya tidak ada, misalnya.
Ada aspek “sifat vs. pengasuhan” yang perlu dipertimbangkan juga. Ini tidak semua tentang gen, meskipun gen memainkan peran penting, tetapi lingkungan dan sejarah individu anjing juga dapat sangat memengaruhi perilaku seumur hidupnya.