9 Fakta Menakjubkan Lobster, Salah Satu Krustasea Tertua di Bumi
Lobster adalah keluarga krustasea yang sudah menghuni lautan bumi selama lebih dari 480 juta tahun. Di dalam keluarga lobster – disebut Nephropidae – ada banyak keragaman dalam hal ukuran tubuh, ukuran dan bentuk capit, warna, dan kebiasaan makan. Lobster dapat ditemukan di semua samudra di dunia.
Ada keluarga krustasea dan krustasea lain dengan nama “lobster,” mencakup spiny lobster, slipper lobster, dan deep-sea lobster. Namun ini tidak terkait erat dengan keluarga Nephropidae seperti namanya dan mereka tidak dianggap “lobster sejati” secara ilmiah.
Berumur panjang dan sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, lobster adalah makhluk yang luar biasa. Berikut beberapa fakta menarik tentang lobster yang perlu Anda ketahui.
Fakta Lobster
1. Lobster Lebih Dekat Kaitannya dengan Serangga Dibanding Ikan
Lobster adalah invertebrata, yang artinya tidak memiliki tulang punggung. Eksoskeleton mereka menopang tubuh mereka dari luar, seperti serangga, yang membuatnya lebih dekat hubungannya dengan mereka. Baik serangga maupun lobster berada di filum Arthropoda. Di dalam Arthropoda, lobster adalah bagian dari kelas Krustasea bersama kepiting dan udang.
2. Lobster Dapat Hidup Hingga 100 Tahun
Lobster memiliki masa hidup yang lebih lama daripada kebanyakan krustasea. Sebuah penelitian terhadap lobster Eropa menemukan bahwa umur lobster rata-rata adalah 31 tahun untuk lobster jantan dan 54 tahun untuk lobster betina. Studi tersebut juga menemukan beberapa lobster betina yang hidup lebih dari 70 tahun.
Lobster memiliki pertumbuhan indeterminate, yang berarti ukurannya terus bertambah seiring bertambahnya usia, dengan ukuran maksimumnya tidak diketahui. Setiap kali lobster berganti kulit (molting) dan menumbuhkan kembali kerangka luarnya, ukurannya meningkat. Lobster terbesar yang pernah ditangkap berukuran panjang 1 meter, berat 20 kg, dan diperkirakan berumur lebih dari 100 tahun.
3. Mereka Memiliki Banyak Predator
Manusia bukanlah satu-satunya predator lobster. Anjing laut suka makan lobster, seperti halnya ikan cod, ikan striped bass, dan ikan lainnya. Belut mampu merayap di dalam celah batu tempat lobster suka bersembunyi. Kepiting dan udang memakan lobster yang masih sangat muda dalam tingkat tinggi. Semua lobster hidup di air sepanjang waktu dan bersifat bentik (itulah istilah ilmiah untuk hewan area dasar). Kebanyakan mereka aktif di malam hari.
4. Mereka Bisa Kanibal
Ketika kepadatan lobster tinggi dan tidak ada banyak predator, lobster akan memakan satu sama lain. Fenomena ini telah diamati di Teluk Maine, di mana kombinasi pemanasan air (yang membantu mendorong pertumbuhan populasi lobster) dan penangkapan ikan berlebihan (yang mengurangi predator lobster seperti ikan cod dan halibut) telah menciptakan lingkungan yang sempurna untuk kanibalisme lobster.
Dalam keadaan yang lebih umum, lobster memakan berbagai makanan. Mereka adalah pemakan umum, dan makanan mereka mencakup ikan kecil dan moluska, invertebrata area dasar lainnya seperti spons, dan tanaman seperti lamun dan rumput laut.
5. Lobster Memiliki Darah Biru
Darah lobster (disebut hemolimf) memiliki molekul yang disebut hemosianin yang membawa oksigen ke seluruh tubuh lobster. Hemocyanin mengandung tembaga, yang memberi warna biru pada darah. Beberapa invertebrata lain, seperti siput dan laba-laba, juga memiliki darah biru akibat hemosianin. Sebaliknya, darah manusia dan vertebrata lain mengandung molekul hemoglobin berbasis zat besi yang memberi warna merah pada darah.
6. Mereka Hadir dalam Berbagai Warna
Kebanyakan lobster adalah kombinasi warna coklat, abu-abu, hijau, dan biru. Pewarnaan lobster umumnya disesuaikan dengan lingkungan setempat, yang memungkinkan lobster menyamarkan diri dari predator.
Faktor genetik dapat menghasilkan pewarnaan atipikal, seperti biru cerah, kuning, atau putih. Pewarnaan ini sangat jarang; menurut Maine Lobstermen’s Community Alliance, kemungkinan melihat lobster putih di alam liar adalah satu banding 100 juta. Lobster juga bisa berwarna belah dengan warna berbeda di setiap sisi tubuhnya.
Tidak peduli warna alami mereka, semua lobster menjadi merah saat terkena panas (melalui pemasakan atau cara lain). Itu karena lobster mengonsumsi pigmen merah yang disebut astanxanthin, yang mengubah kulit di bawah cangkangnya menjadi merah cerah. Air mendidih memecah protein dengan warna berbeda di cangkang lobster dan memperlihatkan kulit merah di bawahnya.
7. Lobster Berkomunikasi Melalui Urin Mereka
Meski terdengar aneh, lobster bisa berkomunikasi dengan cara mengencingi satu sama lain. Mereka melepaskan urin dari nefropori, yang terletak di dasar antena mereka.
Isyarat penciuman urin ini memiliki sejumlah tujuan berbeda yang terkait dengan hierarki dan pemilihan pasangan. Setelah lobster jantan membentuk hierarki melalui pertarungan, mereka dapat mengenali lawan sebelumnya dan mengkomunikasikan status sosial mereka sendiri melalui sinyal saluran kencing. Pemberian isyarat ini membantu memelihara tatanan sosial yang mapan. Sinyal urin juga menjadi faktor penting bagi lobster betina selama pemilihan pasangan.
8. Lobster Memiliki Mata, Tetapi Antena Mereka Memberikan Lebih Banyak Informasi
Lobster hidup di lingkungan yang gelap dan keruh di dasar laut. Mereka memiliki mata di kedua sisi kepala mereka, tetapi mereka kebanyakan mengandalkan antena untuk menjelajahi dunia di sekitar mereka.
Kebanyakan lobster memiliki tiga pasang antena. Antena yang lebih panjang dan lebih besar digunakan untuk menyelidiki lingkungan lokal mereka, dan dua pasang antena yang lebih kecil mendeteksi perubahan kimiawi dalam air di sekitar mereka. Antena mereka yang lebih besar juga digunakan untuk mengalihkan perhatian dan membingungkan predator, serta menjaga jarak dari mereka.
Lobster juga mengeluarkan suara untuk menakut-nakuti atau memperingatkan mangsa dengan menggetarkan karapas bagian luarnya.
9. Ilmuwan Masih Memperdebatkan Apakah Lobster Bisa Merasakan Sakit
Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa lobster tidak memiliki anatomi otak untuk merasakan sakit seperti yang dipahami manusia, dan apa yang kita tafsirkan sebagai kesakitan lobster (seperti meronta-ronta dalam panci berisi air mendidih) sebenarnya adalah refleks tanpa rasa sakit.
Namun ada penelitian yang menunjukkan bahwa lobster mungkin bisa merasakan sakit. Sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa kepiting – yang memiliki sistem saraf yang mirip dengan lobster – memiliki respons stres fisiologis terhadap sengatan listrik. Studi tersebut juga mengamati bahwa, setelah disetrum, kepiting tampak menghindari area yang terkait dengan sengatan tersebut.
Dalam kombinasi, kedua respon ini “[memenuhi] kriteria yang diharapkan dari pengalaman sakit,” tulis para peneliti. Sementara studi yang setara belum dilakukan pada lobster, kita tahu bahwa lobster menunjukkan respons stres seperti meronta-ronta dan mencoba keluar dari panci ketika direbus hidup-hidup. Mengutip penelitian ini, Swiss mengeluarkan undang-undang pada tahun 2018 yang mewajibkan lobster disetrum terlebih dahulu sebelum direbus untuk dikonsumsi manusia.