Fakta Gajah: Indera Penglihatan, Pendengaran, Penciuman, Peraba
Gajah adalah mamalia darat terbesar yang hidup di planet ini, yang mendiami habitat sub-Sahara Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Mereka adalah satu-satunya anggota keluarga Elephantidae dan ordo Proboscidea yang masih hidup, yang dulunya berisi mammoth berbulu yang sudah punah dan mastodon Amerika.
Dalam artikel ini kita akan sedikit belajar tentang beberapa indera yang dimiliki gajah. Mari simak bersama.
Indera Penglihatan
Mata gajah berdiameter sekitar 4 cm dan penglihatannya sedang. Gajah melintasi hutan, sabana, dan padang rumput terutama dibantu belalainya, bukan penglihatan. Ada kejadian unik yang terdokumentasi tentang kawanan gajah yang dipimpin oleh seekor gajah tunanetra. Kurangnya penglihatan tidak menghalangi kemampuan gajah buta itu untuk menjalankan peran kepemimpinannya.
Gajah memiliki bulu mata yang panjang untuk membantu mencegah hembusan pasir, debu, dan kotoran dari mata. Selain kelopak mata atas dan bawah, gajah memiliki “kelopak mata ketiga” yang bergerak secara vertikal melintasi mata. Kelopak mata ini berfungsi melindungi mata saat makan, mandi, dan membersihkan debu (mendinginkan diri).
Beberapa gajah mengembangkan cincin putih yang mengelilingi iris saat mereka dewasa. Cincin ini mirip dengan cincin usia yang dapat berkembang pada manusia (seiring bertambahnya usia) yang disebut arcus lipoides, dan tidak memengaruhi penglihatan.
Mata gajah terletak di sisi kepala dan oleh karena itu memberikan penglihatan periferal yang lebih baik (sudut pandang memanjang dari samping ke belakang) alih-alih penglihatan binokular (mata terletak di depan wajah, di mana bidang penglihatan tumpang tindih, menciptakan persepsi kedalaman) seperti mata kita.
Indera Pendengaran
Gajah memiliki pendengaran yang baik, bisa mendeteksi suara serendah 14 hingga 16 Hz (rentang rendah manusia: 20 Hz) dan setinggi 12.000 Hz (rentang tinggi manusia: 20.000 Hz).
Gajah sering menggunakan suara infrasonik, yaitu suara yang dipancarkan di bawah jangkauan pendengaran manusia, dalam komunikasi jarak jauh. Penelitian telah menunjukkan bahwa gajah mampu mengenali panggilan dan suara individu tertentu dari jarak 1 hingga 1,5 km. Telinga gajah digunakan untuk menyalurkan gelombang suara dari lingkungan, berkontribusi pada indra pendengarannya yang tajam.
Secara umum, hewan dengan kepala besar dan telinga lebar lebih baik beradaptasi untuk mendengar suara frekuensi rendah karena tengkorak yang lebih besar mencakup saluran telinga yang lebih panjang, membran timpani yang lebih lebar (membran yang memisahkan telinga tengah dari luar), dan telinga tengah yang lebih besar.
Indera Penciuman
Gajah memiliki indra penciuman yang tajam, bisa mendeteksi sumber air hingga jarak 20 km. Lubang hidung mereka terletak di ujung belalai dan berfungsi untuk bernafas, mencium, dan mengangkut air untuk diminumkan ke dalam mulut. Indera penciuman gajah terus digunakan, dengan belalai yang bergerak maju mundur, mendeteksi aroma dan informasi baru.
Begitu aroma masuk melalui lubang hidung, ada serangkaian tujuh turbin penciuman yang terletak di rongga hidung. Turbinal adalah susunan tulang yang memiliki jutaan sel reseptor penciuman yang terkait dengannya.
Jika penciuman tidak memberikan informasi yang cukup, gajah dapat mendeteksi zat tersebut bersama belalainya. Kemudian informasi kimiawi diteruskan ke organ Jacobson, unit pendeteksi bahan kimia yang terletak di jaringan lunak langit-langit atas (atap mulut). Organ ini melekat pada rongga mulut / hidung dan terutama berfungsi untuk mendeteksi status estrus (reproduksi) betina. Tingkah laku ini dikenal sebagai respon flehmen dan ditandai dengan gajah yang menggulung belalainya ke mulutnya.
Indera Peraba / Sentuhan
Gajah pada dasarnya sangat taktil. Mereka menggunakan seluruh bagian tubuhnya untuk berinteraksi satu sama lain dalam segala bentuk tingkah laku, termasuk interaksi induk-anak, ceria, agresif, defensif, eksploratif, seksual, dan anti-predator.
Belalai adalah salah satu bagian tubuh gajah yang paling taktil. Ini digunakan untuk membelai, menyentuh, menjelajahi, mengguncang, atau menenangkan dalam perawatan anak dan juga dapat digunakan untuk menampar atau memblokir dalam situasi pertahanan atau dominasi. Belalainya sangat sensitif saat disentuh sehingga mampu melihat perbedaan tekanan sedalam 0,25 mm, yang setara dengan sapuan ringan pada kulit. Kekuatan belalai gajah mampu mengangkat beban lebih dari 250 kg.
Belalai gajah memiliki sel motorik sensorik yang luas, yang disebut sel darah pacinian, yang memungkinkan gajah memiliki indra peraba yang kuat. Sel darah pacinian terdiri atas membran konsentris jaringan ikat, mirip dengan lapisan bawang. Di antara setiap lapisan jaringan ikat ada gel berlendir. Ketika gerakan atau getaran terdeteksi, tekanan akan merusak gel dan lapisan jaringan ikat sel darah pacinian. Ini merangsang ujung saraf dan mengirimkan sinyal ke otak.
Sel darah pacinian juga ditemukan di telapak kaki gajah, membantu dalam mendeteksi getaran seismik (gerakan bumi yang bergetar). Banyak hewan, termasuk gajah, selamat dari tsunami Asia pada tahun 2004. Diperkirakan hewan-hewan ini telah mendapat peringatan dini tsunami karena deteksi getaran seismik mereka. Getaran tsunami yang mendekat dideteksi oleh sel darah pacinian di kaki gajah dan memperingatkan mereka akan badai yang mendekat.