Peran dan Manfaat Singa Afrika bagi Ekosistem Liar
Dengan surai yang agung dan auman yang kuat, ratusan ribu singa pernah menguasai dataran Afrika. Singa Afrika (Panthera leo) masih berkeliaran di sebagian lingkungan asalnya, tetapi hanya sebagian kecil dari populasi aslinya yang tersisa. Kucing besar ini masih mengisi peran ekologis penting sebagai predator dominan.
Apa peran singa bagi ekosistemnya? Kami akan menjawab pertanyaan tersebut di artikel ini.
Peran Predatoris
Semua ekosistem ada di atas dasar mikroorganisme pemakan dan makhluk kecil lainnya, seperti bakteri dan plankton. Perubahan dalam rantai makanan pada tingkat terendah ini dapat mengejutkan seluruh sistem. Namun singa dan predator lain yang mendominasi puncak rantai makanan lokal juga penting bagi kesehatan ekosistem.
Singa adalah karnivora dan tidak memiliki predator alami selain manusia, yang membuat mereka menjadi predator puncak atau spesies kunci. Mereka memusnahkan populasi herbivora dan karnivora yang lebih kecil melalui predasi. Tanpa singa, beberapa makhluk akan kelebihan populasi.
Menyingkirkan predator puncak bisa sama buruknya (atau bahkan lebih buruk) bagi ekosistem dengan menyingkirkan kelompok spesies dari bagian bawah rantai makanan, menurut situs web Yale University Environment 360.
Signifikansi Sejarah dan Budaya
Singa telah digambarkan dalam karya seni dan catatan tertulis selama ribuan tahun. Kucing besar yang gagah ini adalah singa “standar” yang dikenal di seluruh dunia dengan tubuh cokelat dan surai yang lebih gelap. Bendera dan spanduk dari berbagai negara historis dan modern menyertakan gambar kucing besar ini. Mereka juga menjadi inspirasi untuk logo perusahaan dan simbol modern lainnya.
Singa Afrika adalah satu-satunya kucing yang berburu, bepergian, dan bersosialisasi sebagai kelompok secara teratur, menurut Africa Travel Portal. Ini membuat mereka menjadi target yang menarik bagi peneliti perilaku hewan. Kelompok singa, yang disebut pride (kawanan), berisi satu hingga tiga ekor jantan dan hingga sepuluh ekor betina.
Penurunan Populasi
Meski singa Afrika bernasib lebih baik daripada banyak spesies kucing besar lainnya di bagian lain dunia, mereka telah mengalami penurunan tajam selama beberapa dekade. Dari 100.000 lebih singa yang berkeliaran di dataran pada 1960-an, hanya 32.000 ekor yang tersisa pada tahun 2012, menurut National Geographic Cat Watch.
Penurunan populasi singa hampir seluruhnya disebabkan oleh perkembangan dan ekspansi manusia. Ketika orang bermigrasi ke daerah yang tidak berpenghuni, konflik dengan kucing besar setempat yang agresif tidak dapat dihindari. Meski perburuan liar berkontribusi besar pada penurunan populasi, banyak singa juga dibunuh oleh orang-orang yang membela diri atau melindungi hewan ternak mereka.
Dampak Ekologis Saat Ini
Beberapa singa mengintai mangsa melintasi hutan belantara Afrika, tetapi sebagian besar populasi yang tersisa terisolasi di kantong-kantong alih-alih tersebar secara merata di seluruh benua. Penurunan populasi singa telah berdampak nyata pada ekosistem.
Penelitian telah mencatat peningkatan hingga dua kali lipat populasi kerbau di daerah yang populasi singanya berkurang, menurut Lion ALERT. Populasi zebra juga meningkat tanpa adanya singa, yang merupakan salah satu predator utama mereka.
Ketika populasi hewan herbivora besar meningkat, jumlah vegetasi yang tersedia di wilayah tersebut juga ikut berkurang. Ini pada akhirnya akan memiliki implikasi parah bagi hewan dan serangga pemakan tumbuhan lainnya, yang memicu kerusakan pada ekosistem.
Nah, jadi jelas kan singa sebenarnya memiliki peran yang sangat penting bagi ekosistem!